Berlin, Jerman — Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, terlibat dalam dialog hangat dan inspiratif bersama diaspora Indonesia di Jerman, membahas tema “Mengukir Masa Depan Indonesia di Tanah Rantau.” Di kota Duisburg,Sabtu 25 Oktober 2025.
Dalam acara yang dihadiri para pelajar, profesional, dan akademisi Indonesia tersebut, Anies menyampaikan pesan mendalam tentang nasionalisme, pendidikan, dan peran penting diaspora dalam pembangunan bangsa
“Meski pagi di Jerman terasa dingin, suasana ruangan ini terasa hangat,”sapa Anies membuka dialog, yang disambut antusias hadirin dari berbagai kota di Jerman bahkan dari negara sekitar.
Ia menyampaikan apresiasi kepada para penyelenggara dan peserta, sembari menyoroti hubungan erat antara Jakarta dan Jerman, terutama dalam kerja sama pendidikan dan teknologi. Anies menilai kolaborasi kedua pihak tergolong produktif dan nyata, berbeda dengan banyak “MOU tidur” yang tak berlanjut di tempat lain.
Melihat Indonesia dari Luar: Perspektif yang Memperkaya
Dalam pidatonya, Anies menekankan keunikan perspektif yang dimiliki oleh warga Indonesia yang tinggal di luar negeri. Menurutnya, pengalaman hidup di luar negeri memberikan pandangan yang lebih utuh terhadap Indonesia — seperti melangkah keluar rumah untuk memahami bentuk keseluruhan rumah itu sendiri.
“Ketika pertama kali meninggalkan Indonesia, kita bisa melihat negeri ini dari jarak yang membuat kita memahami sisi dalam dan luarnya dengan lebih jernih,” ujarnya.
Anies kemudian mendorong diaspora untuk menjadi duta bangsa yang berdaya saing global, bukan hanya “jago kandang”, tetapi juga “jago tandang”. Ia menekankan bahwa diaspora memiliki peran strategis dalam membangun citra positif Indonesia di dunia internasional.
Nasionalisme di Era Global
Lebih jauh, Anies mengangkat konsep nasionalisme yang terus berevolusi. Menurutnya, di era globalisasi, makna nasionalisme tidak lagi terbatas pada batas administratif, melainkan diukur dari tingkat partisipasi dan kontribusi nyata terhadap bangsa.
“Bagi warga Indonesia di luar negeri, nasionalisme bukan sekadar status kewarganegaraan. Nasionalisme adalah keterlibatan, adalah partisipasi,” tegasnya. Ia menambahkan, semangat nasionalisme seharusnya tidak dibatasi oleh rasa takut kehilangan identitas, melainkan justru memperkaya melalui interaksi lintas budaya.
Masa Kecil, Integritas, dan Inspirasi Pendidikan
Dalam sesi refleksi pribadi, Anies bercerita tentang masa kecilnya di Yogyakarta, kota yang sarat sejarah perjuangan kemerdekaan. Ia tumbuh dalam keluarga akademisi dan pahlawan nasional, yang menanamkan nilai pendidikan, integritas, dan pengabdian tanpa pamrih.
“Saya beruntung tumbuh di tengah kisah para pejuang yang mendedikasikan segalanya untuk republik tanpa meminta imbalan,” ungkapnya.
Anies mengaku frustrasi melihat sebagian pejabat masa kini yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Ia menegaskan bahwa integritas adalah fondasi utama untuk membangun bangsa yang bermartabat.
Tanya Jawab dan Aspirasi Diaspora
Sesi dialog juga diwarnai diskusi dinamis. Sejumlah peserta mengangkat isu tentang ekosistem pendidikan, peluang riset di Indonesia, hingga keinginan untuk kembali dan berkontribusi di tanah air.
Anies menanggapi dengan menekankan pentingnya membangun ekosistem pendidikan nasional yang sehat dan inspiratif, di mana integritas dan kepercayaan menjadi modal utama.
“Optimisme lahir dari kepemimpinan yang bisa dipercaya. Ketika integritas hadir, kepercayaan masyarakat pun tumbuh,” ujarnya.
Ia juga menyerukan agar generasi muda Indonesia di luar negeri tidak kehilangan optimisme. “Bagi yang di luar negeri, jangan hanya bertanya apa yang telah diberikan Indonesia kepadamu, tapi pikirkan juga apa yang bisa kamu kembalikan kepada Indonesia,” pesan Anies.
Menebar Optimisme untuk Masa Depan
Menutup dialog, Anies mengingatkan pentingnya menumbuhkan kembali rasa percaya diri bangsa. Ia menyebut bahwa pesimisme adalah tantangan besar yang harus dilawan melalui teladan dan narasi positif.
“Kita perlu mengembalikan optimisme dan integritas ke dalam percakapan publik,” ujarnya, sambil menyinggung tulisannya tahun 2008 berjudul “Menyebarkan Optimisme Nasional.”
Menurutnya, perubahan bangsa hanya bisa lahir jika setiap individu, baik di dalam maupun luar negeri, memilih untuk terlibat aktif dan berbuat nyata.
Dialog Anies Baswedan bersama diaspora Indonesia di Jerman bukan sekadar pertemuan nostalgia, tetapi ruang refleksi tentang arah masa depan bangsa. Dengan semangat kebangsaan yang inklusif dan optimisme yang menular, Anies berhasil menghidupkan kembali kesadaran bahwa mencintai Indonesia tidak mengenal batas geografis.
#AniesBaswedan #DiasporaIndonesia #DialogJerman #Nasionalisme #PendidikanIndonesia
@bangunbanten_
