Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama Australian Defence Force (ADF) menggelar latihan gabungan terpadu dengan fokus pada penanggulangan bencana di Bayah, Kabupaten Lebak, Banten Selatan.
Latihan ini merupakan kelanjutan dari sesi kelas yang dilangsungkan pada 20 Oktober 2025 di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Sesko AL), Jakarta.
TNI dan Militer Australi Gelar Latihan Gabungan di Banten, Perkuat Sinergi Kemanusiaan-Persahabatan Global
Paban VIII/Latma Biro Lat Sops TNI, Kolonel Arm Edwin Habel, menjelaskan, latihan kali ini dirancang untuk memperkuat kemampuan kedua angkatan dalam menghadapi situasi darurat bencana alam.
"Kami mengambil tema penanggulangan bencana, di mana skenario latihan ini mensimulasikan proses mulai dari terjadinya bencana hingga penanganan para korban,” ujarnya saat ditemui di Posko Latihan Gabungan, Bayah, Rabu (29/10/2025).
Menurut Kolonel Edwin, latihan lapangan dimulai dengan simulasi kejadian bencana dan penyebaran informasi kepada masyarakat. Setelah itu, peserta latihan melakukan proses evakuasi warga ke lokasi aman, diikuti dengan penanganan kesehatan serta pendataan para pengungsi dari wilayah terdampak.
“Mulai kemarin hingga hari ini, kami menjalankan beberapa latihan teknis detail yang dirangkai dalam satu skenario besar. Kegiatan dimulai dengan life locator atau pencarian korban, dilanjutkan dengan evakuasi dan penanganan medis,” jelasnya.
Selain kegiatan latihan, personel TNI dan ADF juga melakukan interaksi sosial dengan masyarakat sekitar dengan mengunjungi SMA Negeri 1 Bayah untuk berdialog dengan guru dan siswa, serta berkoordinasi dengan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Malimping.
Bukan Sekedar Latihan Militer
“Kami datang ke sini bukan hanya untuk latihan militer, tetapi juga membangun kedekatan dengan masyarakat lokal. Kolaborasi dan kepedulian sosial ini bagian dari semangat latihan penanggulangan bencana,” tambah Kolonel Edwin.
Kolonel Edwin meyakini, latihan gabungan menjadi wujud nyata kerja sama antara TNI dan ADF dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di kawasan regional.
"Melalui latihan ini, kedua pihak dapat saling bertukar pengalaman, memperkuat koordinasi, dan membangun sistem tanggap darurat yang lebih efektif," harap dia.
“Semua kegiatan ini membawa pesan bahwa penanggulangan bencana tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan sinergi antara militer, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan masyarakat,” imbuh Kolonel Edwin menutup.
Sementara, menurut Komandan Kontingen ADF, Mayor Ivan Yau, Latgab berfokus pada kesiapsiagaan dan operasi penyelamatan korban bencana alam, khususnya ancaman tsunami.
"Latihan bersama ini merupakan kesempatan berharga bagi kedua pihak untuk saling belajar dan memperkuat kemampuan dalam misi kemanusiaan. Kami senang bisa berlatih bersama TNI dan mendukung apa yang dilakukan TNI serta Basarnas dalam menghadapi ancaman tsunami atau bencana alam lainnya,” kata Mayor Yau di lokasi.
Dia menambahkan, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis militer, tetapi juga pada nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar dalam operasi penyelamatan.
"Ini tentang bagaimana humanitarianisme bekerja saat menolong sesama. Kami berbagi cara, pengetahuan, dan mempraktikkannya di lapangan agar semua pihak lebih siap menyelamatkan banyak nyawa ketika terjadi situasi kebencanaan,” jelas dia.
Mayor Yay meyakini, pengalaman latihan bersama TNI memberikan banyak pembelajaran penting bagi tim ADF. Sebab, semakin sering sering berlatih bersama TNI dan otoritas sipil di sini, maka ADF juga mampu menjadi lebih baik, khususnya dalam misi menolong korban bencana alam.
Belajar Teknik Permunian Air
Dia mengungkap, salah satu pengalaman menarik yang diperoleh ADF adalah saat mempelajari teknik pemurnian air yang diajarkan oleh personel TNI untuk mendukung operasi tanggap darurat.
“Banyak sekali pelajaran yang kami petik, seperti kemarin kami belajar soal pemurnian air dari TNI saat bencana terjadi,” tutur dia.
Mayor Yau menegaskan bahwa latihan ini juga menjadi ajang berbagi pengalaman karena baik Indonesia maupun Australia sama-sama menghadapi tantangan bencana alam.
"Kami banyak belajar karena di Australia juga kerap terjadi bencana alam. Jadi kami berusaha belajar sebanyak mungkin dari teman-teman di Indonesia,” dia memungkasi
